Mobile Developer - What Next?

The future of Mobile Developer’s Career

IMG

Let’s breakdown the question #

Saya seorang senior mobile developer dan sampai saat ini, pengalaman kerja saya hanya di bidang mobile development.

You are not alone, me too! dan masih banyak orang juga yang tidak pernah merambah ke tech sebelah, dan membang sudah lumrah.

Saya belum ada kesempatan untuk mencoba bidang lain,

Secara professional, akan seperti itu. Banyak perusahaan yang tidak akan memberikan kesempatan Engineer untuk handle bidang lain (jika sudah ada yang handle).

Mikirnya, kalau A kerjain 1 hari, kenapa harus kasih B yang kerjain dalam 2 hari?

Makanya sering kali Engineer tidak akan bisa berkembang jika hanya mengandalkan pengalaman kerja dalam perusahaan (walau emang ada beberapa pengecualian). Maka, jika tidak dapat kesempatan dalam pekerjaan di perusahaan, mending belajar sendiri untuk dapet skill tersebut, dan coba diterapkan ke “personal project”.

dan untuk beralih ke posisi junior rasanya sulit karena saya punya tanggungan keluarga.

Selama tidak punya penghasilkan di luar pekerjaan utama, sangat tidak disarankan untuk turun level. Secara pribadi, semua itu ujung ujungnya duit. Mau turun jadi junior buat apa? buat belajar? return of investment belajar ini akan berapa lama? 1 tahun? 2 tahun?

Menurut Koh Willy, apakah karier sebagai developer, khususnya mobile developer, bisa bertahan sampai saya pensiun? Di Indonesia sendiri saya belum pernah dengar atau menemukan programmer atau developer yang sudah pensiun.

Pendapat pribadi ya, masih memungkinkan untuk menjadi seorang developer/engineer/programmer sampai pensiun (60 tahun), Di Indonesia kalau developer sampai pensiun ya biasanya tidak akan diumbar. Karena, kalau yang saya lihat di Indonesia kalau bukan manager ya berarti belum sukses.

Jika mau jadi developer dari awal hingga pensiun, opsinya sedikit dan sulit:

  • Rela dibayar dengan gaji seadanya, tidak ada peningkatan signifikan, pekerjaan itu itu saja, dan cendering hanya maintenance. Ini biasanya ditemukan di perusahaan yang non-teknologi, IT hanya support untuk bisnis utamanya. (Pabrik, Advertising, Retailer)
  • Jago, engineer yang paham banyak technologi, framework, dan tooling. Mampu mengajari engineer lain, mencari solusi, mempercepat development. Biasanya di perusahaan yang IT sebagai bisnis utamanya.

Jika sudah mencapai umur 35-40 tahun, biasanya kalau hanya “developer”, tidak akan terlihat sebagai kandidat yang menarik (jika mau pindah perusahaan) karena biaya-nya cenderung lebih tinggi, dan kemampuan untuk belajar tidak sebaik Engineer yang lebih muda.

My suggestion #

Learn independently #

Untuk mendapatkan keahlian di bidang lain, tidak selalu dari pengalaman kerja. Mau di Backend ataupun di Frontend / Mobile. Basic-nya sama, Programming. Bahasa pemrograman apapun, selalu memiliki logic / flow yang sama.

Dari segala kesamaan yang dimiliki, yang berbeda adalah framework-nya. Let’s say mobile vs backend. Kalau Android, semua interaksi dimulai dari Activity. Kalau Backend SpringBoot semua interaksi dimulai dari Controller.

Maka, ketika seseorang belajar bidang lain, biasanya basicnya sudah ada. Harusnya cukup beradaptasi dengan framework yang digunakan.

Takes challenges #

Fake it until make you make it. Mungkin agak kontroversial. Coba apply job di bidang yang diinginkan, misal di backend, dengan harapan untuk memperoleh wawasan, apa saja sih yang dibutuhkan di bidang tersebut. dari informasi di Job Opportunity, dan interview-interview yang dilakukan. Coba pelajari dan pahami.

Notes: Jangan harap untuk lolos proses seleksi, tujuannya bukan itu.

Build your own Pet Project #

Bikin pet project, gunakan semua ilmu yang sudah dipelajari, dan yang akan dipelajari. Tujuannya supaya “bisa semua”, sehingga fleksibel dan menarik di-mata employer.

Projectnya laku di pasaran ya syukur, kalau cuma jadi “Pet” juga tidak masalah.

Good luck! #

If there is any question in your head? Ask Me Anything